Sabtu, 07 Januari 2012

Piring dan Gelas Simbol Tanggung Jawab dan Kemandirian Anak

Ketika saya sedang menunggu foto ktp di kelurahan, saya berbincang dengan seorang ibu berusia kurang lebih 40 tahunan, berpenampilan sederhana namun kelihatan smart. Ketika saya bertanya punya anak berapa, ia menjawab tiga. Yang paling besar sudah lulus kuliah, yang nomor dua dan tiga masih sma. Ketika saya tanya kuliah, dan sekolah anaknya di mana, ia menyebutkan nama nama sekolah unggulan yang menjadi incaran bagi para orang tua. Yang saya tangkap ia adalah single parent, karena dari cara dan materi pembicaraannya, ia tidak menyebut nyebut suaminya. Kemudian saya bertanya bagaimana mendidik anak anaknya supaya bisa bersekolah di sekolah sekolah unggulan. Ia pun bercerita cukup banyak bagaimana ia berperan sebagai orang tua dalam membimbing dan mendidik anak anaknya. Berikut adalah ringkasannya.

Piring dan Gelas
Ya, piring dan gelas adalah hal yang tampaknya benda yang sederhana, namun mampu mengajarkan dua hal dasar dalam pembentukan karakter anak. Sang ibu bercerita bahwa sejak kecil anaknya diajarkan untuk memilih sendiri piring dan gelas yang disukainya. Setelah memilih maka piring dan gelas itu akan menjadi properti pribadi bagi setiap anak. Setiap anak harus makan dan minum memakai piring dan gelasnya sendiri sendiri. Setelah makan atau minum, piring dan gelas itu harus dicucinya sendiri. Jika piringnya kotor maka ia tidak bisa makan, karena tidak diperkenankan memakai piring anggota keluarga yang lain. Dengan cara ini si ibu berusaha menanamkan rasa tanggung jawab dan juga sifat kemandirian bagi anak anaknya. Di samping itu manfaat lainnya adalah kebersihan dan kesehatan anak akan lebih terjamin karena tidak mempertukarkan peralatan makannya. Lagi pula karena hanya dipakai untuk dirinya sendiri, maka ia akan selalu berusaha menjaga propertinya itu dengan sebaik-baiknya.

Bento, Ransum, Bekal Makanan, tanpa Jajan
Si ibu juga bercerita bahwa anak-anaknya tidak diberi uang jajan. Anak hanya diberi uang untuk ongkos pulang pergi secukupnya saja. Agar anaknya tidak kelaparan di sekolah, sang ibu mewajibkan anak anaknya sarapan, dan juga membawa bekal, ransum, bento ke sekolah. Dengan cara ini si ibu ingin menanamkan sifat bersahaja, hemat dan cermat kepada anak anaknya. Di samping itu kesehatan anak lebih terjamin, karena tidak mengkonsumsi makanan jajanan yang kebersihannya belum tentu terjamin. Sebagai sarana rekreasi keluarga, seminggu sekali mereka makan bareng di luar rumah.

Minggu Tanpa HP dan Internet
Ketika memasuki musim ujian atau test, HP anak diambil atau disimpan oleh sang ibu kurang lebih 1 minggu sebelum ujian. Ketika selesai ujian, hp dikembalkan lagi kepada anaknya. Anak pun dalam masa tersebut dilarang berinternetan, kecuali dalam rangka mengerjakan tugas. Dengan cara ini sang ibu ingin mengajarkan bahwa anak harus fokus kepada suatu tujuan utama seorang siswa yakni belajar. Sang ibu berkewajiban untuk memastikan proses tersebut berjalan dengan baik dan tidak terganggu oleh hal hal yang tidak perlu.

Sampai di situ obrolan terputus, karena nama si ibu dipanggil, dan urusannya telah selesai. Dari obrolan dengan si ibu itu, saya menjadi berpikir, bahwa apa yang  saya praktekan dalam mendidik anak belumlah seberapa dibandingkan dengan cara si ibu mendidik anak anaknya. Ternyata persaingan di luar sana begitu sengit. Dan, persaingan itu telah dimulai dari detik ini, dengan hal hal yang sederhana namun efektif dalam membentuk pribadi anak yang tangguh dalam setiap persaingan. Persaingan itu ternyata bukan di mulai pada saat test masuk sekolah, test masuk kerja, mencari jodoh dan test test dalam bidang lainnya. Persaingan itu telah dimulai dari detik ini, dengan mempersiapkan diri secara perlahan namun pasti, sehingga pada saat dihadapkan pada test test memperebutkan suatu posisi, anak telah siap dan memenangkannya tanpa hambatan yang berarti. Saya semakin memahami dan meyakini bahwa kesuksesan itu bukan suatu kebetulan tetapi merupakan buah dari proses panjang perjuangan yang terus menerus tanpa mengenal kompromi. Sayang obrolan dengan si ibu itu terputus, jika berlanjut, mungkin masih banyak hal yang posistif yang bisa menjadi inspirasi bagi saya. Terima kasih, bu, telah berbagi. Saya kagum, selamat berjuang, semoga semuanya berakhir manis. Amin

Rabu, 04 Januari 2012

Solusi Anak Rewel, Pahami Alur Berpikirnya

Orang tua pasti pusing tujuh keliling dan kadang kehabisan akal menghadapi anak yang rewel, sering marah, memaki, dan bahkan merusak barang barang yang ada di rumah. Pada kondisi ini orang tua sering tergoda untuk mengambil jalan kekerasan baik secara fisik maupun verbal. Tapi tentu saja mengingat perkembangan mental anak di kemudian hari, sebaiknya cara kekerasan dibuang jauh-jauh.

Ada berbagai cara mengatasi keadaan seperti itu. Yang paling mudah adalah tentu saja berkonsultasi ke psikolog anak, yang dapat memahami persoalan anak secara komprehensif dan akan memberikan solusi yang terbaik dari setiap masalah yang hadir. Tetapi selain karena pertimbangan biaya dan waktu, di negara kita rasanya belum terbiasa orang tua melbatkan psikolog dalam mengatasi kenakalan atau kerewelan anak anak di rumah. Dan ada anggapan datang ke psikolog itu apabila seseorang mengalami gangguan jiwa. Padahal tentunya tidak demikian, sebab dengan berkonsultasi kepada psikolog, kita dapat masukan untuk mengatasi persoalan anak dengan cepat, tepat dan komprehensif.

Berikut saya akan coba memberikan sedikit solusi yang murah, mudah, dan efektif dalam mengatasi kerewelan anak. Pahami, Pancarkan Kasih Sayang Yang Tulus, Kondisikan, Pahami Pola Ketertarikan dan Alihkan, Bimbing Anak Anda Menapaki Kesadarannya adalah beberapa kata kunci dalam tulisan ini.

Pahami Anak Anda.
Kalimat yang mudah diucapkan namun sering kali diabaikan oleh para orang tua. Anak adalah unik, setiap anak memiliki ciri khas baik fisik maupun psikis. Setiap anak bersikap unik dalam merespon rangsangan yang diterimanya. Ada anak yang diberi nasehat sekali saja langsung menurut, namun ada juga yang sebaliknya, butuh berulang ulang nasehat itu disampakan baru ia menuruti nasehat itu. Orang tua harus jeli melihat setiap keunkan ini, jangan pernah menyamaratakan semua anak. Dengan bekal pemahaman keunikan setiap anak, orang tua akan lebih mudah mendidik anak, sehingga terhindar dari konflik yang tidak perlu, yang ujung ujungnya anak akan menjadi rewel dan berprilaku negatif.

Pancarkan Kasih Sayang Yang Tulus
Anda boleh punya persoalan kerja yang membuat anda gelisah, anda boleh punya masalah dengan pasangan anda di rumah, namun jangan sekali kali semua itu anda limpahkan kepada anak anda. Tetaplah tersenyum kepada anak, sesulit apa pun persolan anda. Dalam kondisi apa pun, pancarkan kasih sayang yang tulus kepada anak anda. Ketulusan itu akan tertangkap dan diterima oleh bathin anak anda. Dan, anak anda pun akan merefleksikannya dengan perilaku yang positif. Bila suatu saat anda harus marah kepada anak anda, pastikan marah anda tetap terbalut oleh rasa kasih sayang, bukan dibalut oleh rasa magsul, dongkol, jengkel, dan benci. Jangan pernah anda lepas kendali, dengan membiarkan nafsu amarah yang tidak menyisakan pancaran kasih sayang. Ingat pada saat anak berbuat salah atau tidak sesuai harapan anda, itu adalah hal yang wajar, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman yang mereka miliki, pada kondisi inilah orang tua menjalankan fungsinya sebagai manusia dewasa yang berilmu yang bertugas mengarahkan, membimbing anak untuk memperbaiki kesalahannnya itu.  

Kondisikan Anak Anda
Orang tua sering merasa kesulitan menghadapi perilaku anak, khususnya anak balita. Sering memaksa meminta sesuatu, tidak mau menuruti perintah, dan mengamuk jika keinginannya tidak terpenuhi. Anak balita perilakunya masih dikuasai oleh kenginan sesaat, situasional dan temporer. Contoh, ketika melihat tukang balon lewat, ia tiba tiba ingin dibelikan balon, ketika temannya mengunyah permen ia merengek minta permen, ketika temannya main air ia ikut ikutan main air. Ada anak yang memiliki karakter yang keras kemauannya, ketika ia minta sesuatu maka harus dikabulkan jika tidak ia akan marah dan menangis sekeras kerasnya, namun ada juga anak yang lebih lembut, jika keinginannya itu tidak terpenuhi, ia hanya menangis sebentar dan kemudian melupakannya. Oleh karena itu kondisikan anak anda pada kondisi yang sebisa mungkin anda bisa mengontrolnya. Jika anda tidak berniat membelikan balon, maka jangan dekatkan anak anda dengan tukang balon, atau jika anda ke mal dan anda tidak ingin anak anda merengek minta dibelikan mainan, maka jangan lewati toko mainan, atau pilih mal yang tidak dipenuhi toko mainan, atau jika perlu jangan ajak anak anda ke mal. Contoh pengkondisian  yang lain: Jika ingin anak anda bangun pagi, cukupkan waktu tidurnya, jangan tidur terlalu larut. Jika ingin anak anda makan siang dengan lahap, jangan beri makanan atau susu dengan jarak waktu yang terlalu dekat dengan jam makan anak anda.


Pahami Pola Ketertarikan dan Alihkan
Rasa ketertarikan anak terhadap sesuatu kurang lebih dengan apa yang orang dewasa rasakan. Ketertarikan itu sendiri memiliki pola eskalasi yang umumnya terdiri dari ketertarikan awal, menaik, puncak, menurun, datar. Ini mirip mirip dengan mendaki gunung. Orang tua seringkali tidak memperhatikan pola ini ketika ingin mengintervensi perilaku anak yang tidak dikehendakinya, akibatnya anak akan mengalami tantrum, atau amuk anak. Contoh, di halaman rumah ada kubangan air bekas air hujan, anak melihatnya, ia tertarik untuk bermain air tergenang itu dengan menginjak-injak air itu sehinga menciprat kemana mana, termasuk mengotori pakaian anak. Anak merasa itu adalah hal yang mengasyikan dan tidak peduli air itu kotor. Orang tua merasa hal itu membahayakan, selain mengotori pakaian, orang tua takut air kotor itu banyak mengandung kuman, sehingga perlu untuk menghentikan aktifitas anak tersebut. Pertanyaannya kapan orang tua harus menghentikan? Yang terbaik adalah ketika kegiatan itu baru dimulai atau bahkan jika memungkinkan ketika kegiatan itu baru dingini anak. Pada posisi ini orang tua akan terhindar dari penolakan yang keras dari anak. Tapi, jika kegiatan itu telah terlanjur terjadi dan anak sedang mengalami kondisi puncak asyik-asyiknya bermain air, orang tua sebaiknya menunggu moment puncak tersebut berlalu, dan hentikanlah kegiatan tersebut setelah ketertarikan anak terhadap permanan itu mulai menurun. Cara ini cukup efektif mengindari anak mengalami tantrum atau ngambek yang luar biasa. Tetapi walaupun intervensi itu dilakukan bukan pada siklus puncak, orang tua harus siap dengan pengalihan. Yaitu mengalihkan kegiatan yang tidak kita kehendaki dengan kegiatan lainnya yang menyenangkan namun aman  bagi anak. Misalnya dengan mengalihkan menjadi bermain mobil-mobilan atau menggunting dan mewaranai buku gambar.
 
Bimbing Anak Anda Menapaki Kesadarannya 
Kesadaran anak anak sangat stuasional, spatial, lokal. Atau dengan bahasa yang sederhana, anak anak berpikirnya belum terlalu jauh, apa yang dilihatnya, didengarnya, dirasanya saat ini, ya itulah yang membentuk kesadarannya. Anak belum sepenuhnya memahami rencana beberapa langkah ke depan. Bila kita menyampaikan  suatu rencana ia biasanya hanya akan fokus kepada awal dan ujungnya saja. Misalnya, ketika kita mengatakan bahwa liburan tahun depan akan pergi ke Bali, maka biasanya anak akan mencernanya bahwa kita akan ke Bali, titik. Mengingat kesadaran anak lingkupnya sangat terbatas dan sangat sekuensial, maka komunikasi yang salah pada anak dapat menimbulkan sikap yang tidak kita harapkan. Contoh, ketika membangunkan anak balita pada pagi hari, terkadang orang tua menyampaikan kalmat yang berisi beberapa rencana, yang sebagian rencana itu mungkin tidak menyenangkan bagi anak, sehingga anak akan bereaksi negatif dengan ajakan bangun tersebut. Kalimat seperti, "Nak, ayo bangun, kamu harus sekolah (TK), nanti takut terlambat," Atau, "Nak, ayo bangun, kalau mau mandi sama mama cepat bangun, mama harus segera berangkat kerja." Jika kita telaah dua kalimat tersebut, ada kesamaan, yakni memiliki beberapa pesan sekaligus dalam satu kalimat. BANGUN-MANDI-HARUS SEKOLAH-TERLAMBAT-MAMA KERJA. Pesan MANDI, apakah ini menyenagkan bagi anak? Bagi sebagian anak mandi pagi adalah hal yang menyenangkan tapi bagi sebagian yang lain sebaliknya. Pesan HARUS SEKOLAH apakah menyenangkan bagi anak? Bagi anak yang lagi bersemangat bersekolah pesan ini dapat memotivasi anak untuk cepat bangun, tapi bagi sebagian yang lain malah bisa menekan keinginannya untuk membuka matanya. Pesan TERLAMBAT, anak bisa saja membayangkan bahwa ia benar benar akan terlambat, dan karena takut terlambat dan malu terlambat datang ke sekolah, lebih baik ia tetap tidur atau bangun tapi menangis. Pesan MAMA KERJA, anak akan menghadapi kenyataan ibunya akan meninggalkannya, sehingga ia malas untuk bangun, atau bahkan menangis mendengar ibunya akan pergi meninggalkannya. Lantas harus bagaimana membangunkan anak dari tidurnya. Dengan berbekal pengetahuan akan pola kesadaran anak yang masih sederhana, maka ketika membangunkan anak, batasi tujuan kita yaitu hanya membuat anak bangun terlebih dahulu. Bangunkan anak dengan cara yang menyenangkan, entah mengelusnya, entah mengajaknya bicara, entah mengajaknya bercanda dengan mengelitiknya. Jadi jangan sampaikan terlalu banyak pesan ketika membangunkan anak, sebab jangan jangan pesan yang kita sampaikan itu malah membuat mood anak menjadi buruk. Setelah bangun, dan kesadarannya terjaga, ajaklah mandi dengan menyenangkan pula, setelah itu berpakaian, sarapan, baru berangkat sekolah. Intinya bimbing kesadaran anak step by step dengan cara yang menyenangkan. Jangan transfer perasaan cemas, takut terlambat sekolah, takut terlambat kerja kepada anak. Anak sangat peka dan akan menyerap kecemasan orangtuanya, dan merefleksikannya kembali dalam  perilaku yang rewel.

Demikian semoga dapat memberi sedikit solusi mencegah anak menjadi rewel dan tantrum. Dunia anak adalah dunia tanpa batas. Dunia bermain adalah wahana anak mengenal dunia yang sebenarnya. Berbuat salah dan tidak sesuai dengan harapan orang dewasa adalah hal yang sewajarnya yang terjadi pada anak.Orang tualah yang berkewajiban memberi pemahaman dan meluruskannya. Bila samudera itu luas, maka kesabaran dan kasih sayang orang tua terhadap anak hendaknya lebih luas dari samudera yang ada di muka bumi ini. Salam.

Minggu, 25 Desember 2011

Selamatkan Anak Anda dari Bahaya Internet

Orang tua merasa tenang jika pada saat sebelum jam tidur semau anak anaknya telah berada di dalam rumah. Dan, juga merasa aman ketika mengetahui semua pintu dan jendela telah terkunci rapat. Namun di sinilah letak ketidakcermatan orang tua. Pintu dan jendela telah tertutup, tetapi ia lupa masih ada HP dan internet yang memiliki sejuta pintu bagi anak anaknya untuk berhubungan dengan dunia luar.

Dengan semakin sejahteranya keluarga keluarga di Indonesia, saat ini anak anak diberi kamar sendiri dengan berbagai fasilitasnya, seperti TV, HP, Internet  dan berbagai macam gadget modern lainnya.  Anak anak remaja saat ini lebih senang berdiam diri di kamarnya (dengan pintu terkunci), daripada berkumpul di ruang keluarga.  Orang tua mungkin merasa bangga bahwa ia telah memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anaknya. Tapi, di balik semua itu apakah orangtua sadar bahwa ia juga secara perlahan menjerumuskan anaknya ke berbagai masalah yang belum terbayangkan sebelumnya.  Dan, apabila terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya, orangtua terhenyak dan seolah tidak percaya, karena ia merasa selama ini anaknya baik baik saja, jarang ke luar rumah dan tidak bergaul dengan orang orang yang aneh aneh.

Kata kuncinnya adalah connection, keterhubungan, yang tidak terpantau, akibat dari semakin majunya tenologi gadget yang beredar di pasaran saat ini.  Bicara keterhubungan, maka yang perlu dipertanyakan adalah terhubung dengan apa dan siapa. Apakah orang tua dapat memantau terus menerus anaknya terhubung dengan apa dan siapa? Tentu tidak. Sadarkah para orang tua bahwa dunia internet adalah dunia yang tidak memiliki batas batas moral, sopan santun, kaidah agama? Internet adalah dunia tanpa moral. Moral adalah batasan yang ada pada pengaksesnya. Orang orang yang terhubung dengan internet bebas menentukan informasi apa yang akan diakses, dibuka, dihadirkan dalam jendela jendela komputernya. Pada saat bersamaan seseorang dapat membuka Al-quran atau Alkitab online pada satu jendela, dan membuka pornografi pada jendela lainnya. Apakah kita akan membiarkan anak anak kita yang belum matang berpikirnya memilih pilihan pilihan yang sulit seperti itu. Apakah kita yakin anak kita tidak tergoda memilih sisi negatifnya, apalagi jika ia merasa aman melakukan itu di dalam kamar yang terkunci. Belum lagi bicara isme, atau ideology, atau paham yang  berseliweran di dunia maya mencari pengikut yang masih lugu. 

Google, sebagai mesin pencari tidak akan memikirkan materi apa yang akan dihadirkan. Ia tidak akan peduli siapa yang mengentri di kotak pencarian. Ia tidak peduli berapa usia yang mengentri. Ia hanya menghadirkan apa yang di ketik di dalam kotak pencarian itu. Katakanlah, anak kita tidak berniat mencari materi pornografi, tapi coba anda ketik kata “Naruto” dan minta tampilkan pencarian gambar di google, maka semua gambar naruto akan dihadirkan di layar computer anda, tidak peduli gambar Naruto-nya itu berpose porno atau tidak (dan ternyata ada juga gambar naruto yang berpose porno).  Apalagi jika dengan sengaja, diketik kata “bugil” di kotak pencarian, maka dalam sekejap beribu gambar kebugilan dihadirkan di jendela computer kita.  

Jadi bagaimana kita sebagai orangtua menyikapi kondisi ini. Berikut beberapa langkah yang dapat kita lakukan: 
  1. Beri pemahaman sedini mungkin kepada anak anak apa itu internet dan bagaimana internet itu bekerja. Sampaikan manfaat apa saja yang bisa diperoleh melalui internet, dan jangan lupa sampaikan juga hal hal yang negative yang ada di internet. Kita tidak bisa menutup nutupi kedua sisi itu. Dengan memberi sinyal kepada anak bahwa kita memahami seluk beluk internet, anak tidak merasa bahwa orang tua tidak akan tahu jika ia menyelami hal hal yang negative di internet.
  2. Khusus bagi anak anak yang belum dewasa, anak SD dan SMP, kita perlu membatasi ruang dan waktu berinternet. Jika perlu sediakan ruangan atau tempat khusus (bukan di dalam kamar) jika mereka ingin berinternet. Ataupun jika mereka berinternet di kamar, kamar harus dalam keadaan pintu terbuka.
  3. Sediakan jam khusus (tertentu) untuk berinternet, di mana pada jam tersebut anda dapat mengawasi anak anda berinternet.
  4. Install software anti pornografi di computer yang biasa dipakai anak anda.
  5. Sediakan lemari khusus di luar kamar untuk menyimpan laptop dan semua gadget yang bisa mengakses internet. Ketika memasuki waktu tidur, simpan semua laptop dan gadget di lemari tersebut.
  6. Pantau penggunaan uang saku anak anda. Jangan sampai anda tidak mengetahui, ketika anak anda menghabiskan uang saku hanya untuk berinternetan di warnet.
  7. Pantau penggunaan waktu luang anak anda di luar rumah, jangan sampai waktunya dihabiskan berjam jam di warnet hanya untuk bermain games online atau mengakses hal hal yang negative.
Demikan beberapa langkah yang mungkin berguna untuk mencegah dampak buruk internet bagi anak anda. Walaupun langkah tersebut di atas terlihat seperti otoriter, namun pada prinsipnya mencegah itu lebih murah dan efektif dari pada kita harus mengobati prilaku anak  yang  telah menyimpang jauh akibat dampak negative internet.