Rabu, 21 Desember 2011

Membentuk Karakter Anak Optimis

Anak optimis dan tidak pencemas adalah harapan semua orang tua. Selain karena sudah bawaan dari sononya atau gen pembawa sifat yang diturunkan oleh kedua orangtuanya, karakter atau sifat anak ditentukan juga oleh bagaimana pola pendidikan di dalam rumah dan lingkungan sekitarnya. Pendidikan yang saya maksud bukan pendidikan yang muluk muluk dan rumit, tetapi pilihan pilihan sederhana dalam berkomunikasi  kepada anak setiap harinya.

Untuk membentuk karakter anak yang optimis dan tidak pencemas, mari kita mulai dari hal yang kecil dan sederhana yang biasanya kita lakukan berulang ulang setiap hari. Bila saya susun contoh komunikasi orangtua kepada anaknya seperti di bawah ini, kira kira anda akan memilih pola A atau B?

  • A. Nak, ayo bangun, kalau kamu bangun pagi pagi, datang ke sekolah lebih pagi, kamu bisa bermain lebih lama dengan teman temanmu.
  • B. Nak, ayo bangun, kalau kamu tidak cepat bangun kamu nanti kesiangan dan terlambat masuk sekolah.
  • A. Nak, ayo sarapan dulu, supaya nanti kamu bisa berlari lebih cepat ketika kamu bermain di sekolah.
  • B. Nak, ayo sarapan dulu, kalau tidak sarapan nanti kamu sakit.
  • A. Nak, ayo belajar dulu, kalau kamu rajin belajar, nilai kamu pasti bagus, disayang guru dan cita citamu akan tercapai dengan mudah.
  • B. Nak, ayo belajar, kalau tidak rajin belajar nilai kamu jadi jelek, bisa bisa kamu tidak naik kelas.
  • A. Nak, sebelum tidur sebaiknya berdoa dulu, supaya tidurmu nyenyak dan bisa bermimpi indah.
  • B. Nak, sebelum tidur kamu berdoa dulu supaya kamu tidak bermimpi buruk.

Bila orangtua lebih suka berkomunikasi dengan anaknya menggunakan pola A, kemungkinan besar si anak akan tumbuh menjadi anak yang optimis, berpikir positif dan tidak pencemas. Tapi kebalikannya jika orangtua lebih suka memilih pola B, kemungkinan akan menghasilkan anak yang bersifat pencemas dan pesimistis, karena anak selalu diinput cara memandang suatu kondisi dari sudut pandang yang negatif dan penuh ancaman.

Sebaiknya, sejak sedini mungkin anak distimulus untuk melihat suatu kondisi dari sudut pandang yang positif, menggembirakan dan menyenangkan. Mungkin ada yang mempertanyakan, apakah ini bukan berarti mengajarkan anak tidak realistis, sebab kenyataannya banyak hal yang tidak menyenangkan terjadi di sekitar kita. Hidup memang tidak mudah, akan selalu ada yang tidak sesuai harapan, kekecewaan, kegetiran, dan jalan terjal dalam mengarungi kehidupan ini. Justru karena itulah, kita seyogyanya selalu menciptakan sifat optimis, dapat melihat hal positif dalam setiap kesempitan, sehingga akan menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi. Bila kita mengajarkan kepada anak akan harapan harapan yang baik maka anak kita akan tidak cepat putus asa dalam menghadapi suatu masalah. Contoh kecil, harapan yang baik dapat mendrive prilaku positif pada anak adalah apabila kita mempunyai rencana piknik pada hari minggu, maka pada malam harinya anak dan bahkan semua anggota keluarga mempunyai semangat postif, dan pada minggu pagi semua bangun pagi dengan bersemangat, tanpa perlu dibangunkan berulang ulang pun anak akan segera bangun dan mandi. Demikian semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar